Pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) sebagai pembangkit listrik masih terbatas, sementara potensi energi baru dan terbarukan cukup banyak, seperti energi air, energi surya, bioenergi (biomassa dan biogas), energi angin, batubara, gambut, dan uranium. Potensi energi air yang tersebar di dapat dimanfaatkan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air.
Pemanfaatan energi baru dan terbarukan dapat mendukung penyediaan energi listrik, sehingga mempercepat pertumbuhan sektor rill, meningkatkan rasio elektrifikasi dan rasio desa berlistrik. Selain itu pemanfaatan EBT adalah sebagai salah satu upaya mengurangi GRK yang menyebabkan perubahan iklim. Indonesia memiliki komitmen nasional untuk penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 29% pada tahun 2030. Potensi desa atau disingkat Podes adalah sumber daya sosial, ekonomi dan ekologi yang terdapat di desa, yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. (Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, 2016).
Berdasarkan latar belakang tersebut perlu dilakukannya sebuah analisa pengembangan potensi untuk pembuatan pembangkit listrik tenaga pico hidro yang dapat dimanfaatkan untuk penerangan pada daerah yang tidak teralirkan listrik. Karena melihat situasi dan kondisi tempat dengan debit air yang rendah maka digunakan alternator karena alternator tidak memerlukan debit air yang besar untuk menghasilkan tegangan yang cukup.
Data yang digunakan dalam menghitung besaran daya yang akan dihasilkan dari pembangkit listrik energi Pico Hidro terdiri atas data primer dan data sekunder. Data sekunder yang digunakan adalah data meteorologi dan luasan catchment area (A) menggunakan peta satelit. Data meteorologi yang digunakan terdiri atas data curah hujan, hari hujan, kecepatan angin, lama penyinaran, suhu, kelembaban dan evapotranspirasi yang didapatkan dari BMKG dan/atau Badan Pusat Statistik . Data-data tersebut nantinya akan digunakan pada perhitungan debit andalan (dependable flow). Sedangkan data primer yang dilakukan pada lokasi adalah sebagai berikut:
1.
Debit
Air
Terdapat beberapa
metode yang digunakan dalam pengukuran debit air. Pada penelitian ini
pengukuran debit dilakukan dengan memperoleh data kecepatan aliran air yang
dilakukan dengan alat current meter dan
luas penampang saluran.
Dimana; Q =
Debit air (m3/detik)
v = Kecepatan air (m/detik)
A = Luas penampang saluran (m2)
2.
Ketinggian
Air Efektif
Ketinggian air
efektif digunakan sebagai acuan sumber energi potensial air yang diperoleh
melalui Persamaan 2 (Buyung, 2011).
Dimana; Hef = Ketinggian efektif (m)
H = Ketinggian aktual (m)
3.
Daya
Daya dari debit
air dapat dihitung menggunakan Persamaan 3 (Budiyanto, 2015).
Dimana; P =
Daya (watt)
Q = Debit air (m3/detik)
Hef = Ketinggian efektif (m)
g = Percepatan gravitasi bumi (m/s2)
Daftar Pustaka
http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/kebumian/article/view/6778
Budianto,
A. (2015), “Design Engineering Detail of Sono (Opak River) Microhydro
Irrigation Project Parangtritis Kretek Village in the District of Bantul of
Yogyakarta”, ASEAN Journal of Systems
Engineering (AJSE), Volume 3, Nomor 1, Halaman 41-46.
Buyung,
S. (2011), “Analisis Pengaruh Tinggi Jatuhnya Air (Head) terhadap Daya
Pembangkit Listrik Tenaga Micro Hydro Tipe Turbin Pelton”, Jurnal Penelitian Saintek, Volume 16, Nomor 2.
0 comments:
Posting Komentar