Senin, 01 Oktober 2012

MENENTUKAN HUJAN WILAYAH


Dalam studi pengembangan sumber daya air, seperti studi tentang neraca air, diperlukan data atau informasi tentang besarnya presipitasi rata – rata di suatu DAS. Adanya variabilitas spatial curah hujan di suatu tempat mengharuskan penempatan alah realistik.t penakar hujan sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh prakiraan besarnya presipitasi rata – rata di daerah kajian yang lebih realistik.
            Cara – cara perhitungan curah hujan dari pengamatan curah hujan di beberapa titik misalnya cara rerata aljabar, cara polygon Thiessen, cara garis isohyets, cara garis potongan antara ( intersection line method), dan cara dalam elevasi ( depth-elevation method).

1.      CARA RERATA ALJABAR
            Cara yang paling sederhana adalah adalah dengan melakukan perhitungan rata – rata arimatik (aljabar) dari rerata presipitasi yang diperoleh dari seluruh alat penakar hujan yang digunakan. Cara ini dianggap cukup memadai sepanjang digunakan di daerah yang relative landai dengan variasi curah hujan yang tidak terlalu besar serta penyebaran alat penakar hujan diusahakan seragam. Kedaan seperti ini sering tidak dapat dijumpai sehingga perlu cara lain yang lebih memadai.

  
Keterangan :
R                                 = Curah hujan rerata tahunan ( mm )
n                                  = Jumlah stasiun yang digunakan
R1 + R2 + R3 +Rn     = Curah hujan rerata tahunan di tiap titik pengamatan (mm)

2.      CARA POLIGON THIESSEN
            Metode ini digunakan secara luas karena dapat memberikan data memberikan data presipitasi yang lebih akurat, karena setiap bagian wilayah tangkapan hujan diwakili secara proposional oleh suatu alat penakar hujan. Dengan cara ini, pembuatan gambar polygon dilakukan sekali saja, sementara perubahan data hujan per titik dapat diproses secara cepat tanpa menghitung lagi luas per bagian poligon.
                                       
Keterangan :
R                     = Curah hujan rerata tahunan (mm)
R1,R2,R3        = Curah hujan rerata tahunan di tiap titik pengamatan (mm)
Rn                   = Jumlah titik pengamatan
A1,A2                         = Luas wilayah yang dibatasi polygon
A                     = Luas daerah penelitian


Cara membuat polygon Thiessen
a.       Mengambil peta lokasi stasiun hujan di suatu DAS
b.      Menghubungkan garis antar stasiun 1 dan lainnya hingga membentuk segi tiga
c.       Mencari garis berat kedua garis, yaitu garis yang membagi dua sama persis dan tegak lurus garis
d.      Menguhubungkan ketiga garis berat dari segi tiga sehingga membuat titik berat yang akan membentuk polygon.

3.      CARA GARIS ISOHYET
            Peta Isohyet digambarkan pada peta topografi berdasarkan data curah hujan (interval 10 – 20 mm) pada titik pengamatan di dalam dan sekitar daerah yang dimaksud. Luas bagian daerah antara dua garis isohyets yang berdekatan diukur dengan planimeter. Harga rata – rata dari garis – garis isohyets yang berdekatan yang termasuk bagian – bagian daerah itu dapat dihitung. Curah hujan daerah dihitung menurut persamaan seperti dibawah ini,
Keterangan :
R                     = Curah hujan rerata tahunan
A1, A2            = Luas bagian antar dua garis isohyets
R1, R2, Rn      = Curah hujan rata – rata tahunan pada bagian A1, A2, …. , An

            Cara ini adalah cara rasoinal yang terbaik jika garis – garis isohyets dapat digambarkan dengan teliti. Akan tetapi jika titik – titik pengamatan itu banyak sekali dan variasi curah hujan di daerah bersangkutan besar, maka pada pembuatan peta isohyets ini akan terdapat kesalahn – kesalahn si pembuat ( individual error). Namun teknik perhitungan curah hujan dengan menggunakan metode ini menguntungkan karena memungkinkan dipertimbangkannya bentuk bentang lahan dan tipe hujan yang terjadi, sehingga dapat menunjukkan besarnya curah hujan total secara realistis.

4.      CARA GARIS POTONGAN ANTARA (Intersection line method)
            Merupakan penyederhanaan dari cara isohyets. Garis – garis potong (biasanya dengan jarak 2 – 5 km) berupa kotak digambar pada peta isohyets. Curah hujan pada titik perpotongan dihitung dari perbandingan jarak titik ke garis – garis isohyets yang terdekat. Rata – rata jarak curah hujan titik – titik perpotongan di ambil sebagai curah hujan daerah. Ketelitian cara ini agak kurang apabila dibandingkan dengan isohyet.

5.      CARA DALAM ELEVASI (Depth elevation method)
            Teori yang menyatakan curah hujan semakin besar seiring kenaikan elevasi, sehingga dapat dibuat diagram mengenai hubungan elevasi titik – titik pengamatan dan curah hujan. Kurva ini (biasanya berbentuk garis lurus) dapat dibuat dengan cara kuadrat terkecil ( Least square method) skala 1/50.000 atau yang lainnya, luas bagian antara garis kontur selang 100m sampai 200m dapat diukur. Curah hujan untuk setiap elevasi rata – rata dapat diperoleh dari diagram tersebut, sehingga pada daerah yang bersangkutan dapat dihitung menurut persamaan sebagai berikut
Keterangan :
R                     = Curah hujan rerata tahunan
A1, A2            = Luas bagian antar dua garis isohyets
R1, R2, Rn      = Curah hujan rata – rata tahunan pada bagian A1, A2, …. , An

Cara ini adalah cara rasional yang terbaik jika garis-garis Isohyet dapat digambar dengan teliti. Akan tetapi jika titik-titik pengamatan itu banyak sekali dan variasi curah hujan didaerah bersangkutan besar, maka pada pembuatan peta Isohyet ini akan terdapat kesalahan-kesalahan si pembuat (individual error).

0 comments:

Posting Komentar